toko vivin

Lontong Balap, Khas Surabaya, Sedap Disantap

In Artikel on Desember 24, 2008 at 13:46

  lontongbalap

  

“Semanggi Suroboyo,..lontong balap Wonokromo,..”

 

Begitu sepenggal lirik lagu daerah Surabaya. Lontong balap memang identik dengan kawasan Wonokromo, Surabaya. Bila Anda ingin mencicipi makanan yang terbuat dari toge (kecambah), lontong, tahu goreng, lentho (gorengan berbahan kedelai) dengan bumbu adonan kacang, petis, bawang merah dan bawang putih dicampur kecap, Anda harus pergi ke daerah itu. 

 

 

Ditulis oleh : Hari Nugroho

 

Waktu berjalan, lontong balap kini justru banyak dijual di Kalan Kranggan Surabaya. Di pinggir jalan tepat di depan gedung bioskop Garuda, ada sederet warung yang menjual lontong balap.

 

Warung-warung itu umumnya diberi penutup kain bertuliskan ”Lontong Balap Garuda”. Nama Garuda memang melekat dengan lontong balap dan warung-warung itu. Sederet warung itu, berjajar memanjang dari timur ke barat.

 

Tapi, mengapa diberi nama lontong balap? Ceritanya begini. Pada tahun 50-an, banyak pedagang makanan ini di kawasan Wonokromo. Kala itu, Wonokromo adalah tempat favorit masyarakat Surabaya.

 

Para pedagang makanan ini seringkali berangkat menuju Wonokromo secara bersamaan. Tak jarang, saat mereka berangkat atau pulang bersamaan, mereka berlomba beradu cepat sambil membawa pikulannya masing-masing. Karena kegemaran pedagangnya untuk balapan itulah, makanan ini lantas disebut lontong balap.

 

Biarpun lokasinya berubah, properti warung lontong balap sengaja dipertahankan bentuknya dari dulu. Penjual duduk lebih rendah dari bangku pembeli, sebab penjual hanya beralas dingklik (bangku kecil) dari kayu. Di depan penjual, ada meja setengah kali satu meter. Meja ini bukan untuk pembeli, Meja itu untuk menata tumpukan piring berisi racikan lontong, lentho, dan tahu untuk diberi sayur toge yang diletakkan di sebalah kanan penjual. Sedangkan pembeli, duduk di atas bangku panjang tanpa sandaran dan dipersilakan makan tanpa menaruh piring di atas meja.

 

Lontong balap, biasanya dilengkapi sate kerang sebagai menu tambahan. Setiap warung lontong balap pasti menyediakan sate kerang. Apabila tidak berselera menambah menu berprotein tinggi itu, boleh saja.

 

Tak sulit menjangkau warung lontong balap Garuda. Jalan Kranggan, tempat Bioskop Garuda berada itu, letaknya masih berada dalam pusat kota Surabaya. Hanya satu kilometer ke arah barat pusat pertokoan Siola yang terkenal di Surabaya, dan hanya 1,5 kilometer ke arah barat Jalan Tunjungan dan Jalan Embong Malang. Dua nama jalan itu memang sangat terkenal di Surabaya sejak dulu.

 

Salah satu pedagang lontong balap yang ada di sana adalah Ning Riamah. Warung lontong balap miliknya itu sebenarnya warisan orang tuanya yang telah berjualan lontong balap di tempat itu sejak tahun 1952. ”Sejak orang tua saya berjualan di sini, tempat ini sudah terkenal dengan lontong balapnya,” jelas Ning Riamah.

 

Dalam sehari, ia bisa menjual 200 piring lontong balap. ”Kalau malam minggu, bisa lebih ramai lagi,” katanya mengaku. Untuk dua ratus piring lontong balap itu Ning Riamah menghabiskan sekitar 75 lontong. Warung buka jam 10 pagi dan tutup pada jam sembilan atau 10 malam.

 

”Dari pejabat sampai masyarakat biasa, dari yang muda sampai yang tua. Bahkan, ada yang sengaja datang dari luar kota Surabaya,” kata Ning Riamah menjelaskan siapa pelanggannya. Bahkan banyak juga turis yang ingin mencoba lontong balap.

 

Bagaimana dengan Anda, sudah pernah mencobanya?

 

(reportase ini dimuat di Majalah MATRA)

Tinggalkan komentar