toko vivin

Jajan Pasar Tak Goyah Digerus Jaman

In Artikel on Desember 21, 2008 at 12:50

2655361578_5d4be0562e

Meski jaman telah berganti. Modernisasi membawa produk luar negeri. Jajan pasar atau kue tradisional tak lekang dimakan jaman. Panganan ini bahkan masih menjadi bagian sehari-hari masyarakat Surabaya, kendati Kota Pahlawan ini sudah dijuluki metropolitan. Bahkan di setiap festival makanan tradisional, jajan pasar tak pernah tertinggal disuguhkan. Bahkan di beberapa hotel berbintang, jajan pasar juga mudah ditemui.

 

Salah satu sentra jajanan pasar di Surabaya adalah Pasar Blauran. Di pasar tradisional ini, berbagai jajanan pasar digelar dengan harga mulai dari Rp 1.000. Umumnya, para penjual adalah mereka yang meneruskan usaha ayah atau ibunya. Seperti Ny. Titik pemilik Toko Vivin yang sudah berjualan kue di Pasar Blauran sejak tahun 1984. Menurutnya, untuk kue-kue basah, omzetnya bisa mencapai Rp 2 juta per hari. “Itu kotornya,” katanya.

 

Masih sama seperti pada saat ibunya, Ny Maryam menjalankan usaha, ia membuat sendiri jajan pasar yang dijual di Toko Vivin. Umumnya, kue-kue basah yang paling laku adalah nagasari, lemper, lupis dan lumpia. Pembeli yang biasanya terdiri dari ibu rumah tangga itu membeli mulai dari lima hingga belasan biji. “Apalagi kalau ada acara, kami juga menerima pesanan kue dalam jumlah besar” kata Ny. Titik.

 

Beberapa jenis kue tradisional seperti jenang jubung dari Gresik yang getuk pisang dari Kediri diletakkan di atas meja stand Toko Vivin. Ada juga kelepon, pudak, dan aneka jajanan tradisional lainnya.

 

Bosan Jajanan “Luar”

 

Para pembeli biasanya mulai ramai pukul 17.00. Menurut Ny. Titik, ia biasa men-diskon harga kue-kue basah itu hingga 50 persen setelah lewat jam delapan malam. Pada saat itulah, orang biasa ramai membeli kue-kue basah itu.

 

“Sudah bosan makan roti atau kue supermarket. Di rumah saya, makanan “luar”  tidak dilirik lagi sama anak-anak,” ujar Ny Endang, warga Jalan Opak. Wanita setengah baya itu sedang mengambil pesanan jajanan pasarnya di Pasar Blauran, Surabaya.

 

“Kami masing-masing punya pelanggan. Mereka biasa membeli untuk acara-acara tertentu,” ujar Ny. Titik. Biasanya, untuk arisan, selamatan, ulang tahun, Lebaran, dan Perayaan Tujuh Belasan.

 

Beberapa pedagang di Pasar Blauran memilih jajanan pasar untuk dijual karena melihat banyak orang mencari jajanan pasar. Tak heran pedangan jajan pasar di Pasar Blauran teklah berdagang belasan tahun.

 

Meski makanan ala Barat mulai merambah Indonesia, seperti franchise, roti, kue tart, dan lain-lain, namun jajanan pasar masih mampu bertahan. Di event-event internasional, jajanan pasar juga pernah digelar, di antaranya pada pertemuan Ecosoc di Markas Besar PBB sekitar tahun 2000.

 

Toko Vivin yang dikelola Ny. Titik juga seringkali dikunjingi pencari panganan khas untuk oleh-oleh. “Biasanya mereka menyempatkan diri berbelanja makanan khas di toko ini untuk oleh-oleh sebelum pulang ke daerahnya,” jelas Ny. Titik. Pencari jajanan oleh-oleh itu biasanya datang dari Sulawesi, Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, bahkan dari Malaysia dan Singapura.

 

Melengkapi dagangan oleh-olehnya, selain menjual kue basah, Ny.Titik  juga menjual kerupuk, keripik dan kue kering lainnya yang tahan  berhari-hari . Di antaranya kerupuk ceker ayam, kerupuk kulit ikan kakap dan lain-lain. (hn)

Tinggalkan komentar